Sudirman: Jaga Emosi, Agar Tetap Berprestasi

Member Profile

Awan putih yang menggelantung di atas The Taman Dayu Club berarak pelan, Sabtu, minggu ketiga pada Februari ini. Butiran air bekas hujan beberapa saat lain masih membasahi rumput, pohon dan tanah. Saat itulah, Sudirman dan empat rekannya asyik bermain golf, melanjutkan permainan yang tertunda tertunda lebatnya hujan. "Saya main jelek kali ini, mungkin karena kondisi alam yang tidak mendukung, tapi tidak mengapa, yang penting happy," kata Sudirman pada The Birdie.

Sudirman, yang juga salah satu Manajer Unit di Perusahaan Listrik Negara (PLN) Malang ini memang bukan orang baru di dunia golf. Apalagi di The Taman Dayu Club, sosok yang kenal bercanda dan akrab dengan semua orang ini dikenal oleh hampir seluruh kru golf course terbaik di Indonesia ini. “Saya memang senang berteman dengan siapa saja,” kata Sudirman, mengawali pembicaraan dengan The Birdie beberapa saat usai bermain golf. Tak heran bila suami Lisa Rahmawati ini memiliki banyak teman.

Perkenalan Sudirman dengan dunia golf terjadi sembilan tahun lalu, tepatnya pada September 2000. Ketika itu bapak dua anak, Faradila Mutia dan Fikri Ramadhan ini sering diajak bermain golf oleh rekan satu kantornya. Terutama sang bos. “Jujur saja, saat itu, tidak ada keinginan sedikit pun untuk bermain golf, ah,..ini permainan apa sih, kok Cuma pukul-pukul bola saja, nggak seru,” Sudirman mengenang kesan pertama pada olahraga golf. Tidak hanya itu, meskipun setiap kesempatan selalu menjadi panitia pagelaran golf yang digelar kantornya, namun keinginan bermain golf tetap tidak muncul.

Semua berubah saat Sudirman mendapatkan pindah tugas ke Bogor, Jawa Barat. Suatu saat, laki-laki 42 tahun ini diajak bermain golf dengan sang bos. “Saya tetap enggan, tapi karena bos saya itu sangat ingin ditemani, dia juga mempersiapkan peralatan golf untuk saya, jadi siapa sih yang bosnya,..haha,” katanya. Di atas lapangan golf, Sudirman pun memberanikan diri untuk memukul bola. Tanpa dinyana, ayunan stik golf untuk pertama kalinya itu langsung mengenail bola golf, dan kontan membuatnya melayang. “Caddy yang saat itu menemani kami tidak percaya bila saat itu adalah permainan golf saya yang pertama kali,” katanya. Meski tidak lurus, namun pukulan keras pertamanya itu membuat bola melayang entah kemana.

Rasa penasaran pun muncul. Sudirman seperti tidak berhenti menggeluti olah raga golf. Bahkan, laki-laki berkumis tipis ini meluangkan waktu khusus untuk latihan seminggu dua kali. Sayangnya, semangat yang begitu besar itu sempat memunculkan persoalan. Pukulan Sudirman yang keras, tidak diimbangi oleh teory yang benar. “Saya selalu memukul dengan keras, hingga salah satu urat di dada kiri saya bermasalah,” katanya. Penanganan dari berbagai dokter pun tidak menyelesaikan persoalan. Namanya cinta, halangan apapun diabaikan. Meski dalam keadaan sakit urat dada kiri, Sudirman tetap bersikeras untuk bermain golf. “Saking cintanya, kalau perlu saya minum obat untuk menghilangkan sakit sementara,” kenangnya. Beruntung, seorang dokter di Malang, Jawa Timur berhasil menyembuhkannya.

Hari-hari Sudirman pun tidak bisa dilepaskan dari golf. Terutama saat dirinya mengenal The Taman Dayu Club pada pertangahan tahun 2001. Lapangan yang desain khusus oleh legendaris golf Jack Nicklaus ini selalu menciptakan rasa penasaran. Sudirman menjuluki The Taman Dayu Club sebagai lapangan golf terbaik di Jawa Timur. Belum lagi dengan nilai plus sifat kekeluargaan awak The Taman Dayu Club. “Saya bermain di banyak tempat, namun yang rasa kekeluargaannya terasa, ya di The Taman Dayu Club ini,” katanya. Juga pro-shop yang dimiliki club di Pasuruan ini. Karena itulah, saat-saat berlaga di atas green, menjadi momentum yang mendebarkan bagi Sudirman.

Meski begitu, Sudirman menilai kondisi rumput di The Taman Dayu Club patut menjadi catatan tersendiri. Secara keseluruhan, green di The Taman Dayu Club memang luar biasanya, hanya saja, kondisi alam yang dingin dan sering hujan, membuat green The Taman Dayu Club sulit untuk ditebak kondisinya. "Kondisi pasca hujan misalnya, kita harus menimbang-nimbang strategi untuk bisa menempatkan bola usai dipukul, namun itu bukan hal yang mudah." katanya. Dalam kondisi itu skill saya tidak cukup, perlu ada pendekatan feeling yang kental.

Dalam golf, Sudirman memiliki kiat tersendiri. Berbagai kesulitan yang didapatkan saat bermain, hendaknya tidak membuat golfer menjadi emosi. Begitu terperangkap emosi, mana permainan bisa kacau. "Misalnya kita emosi dalam permainan di hole 2, harus segera kita atasi, karena bila tidak, maka permainan di hole 3 akan makin kacau," katanya. Menjadi emosi dala diri ini, kata Sudirman menjadi hal paling sulit dalam golf. "Hal itu tidak hanya untuk pemain amatir, pemain profesional pun seringkali terjebak dalam emosi yang membuat permainan mereka semakin kacau,..haha," katanya. Jaga Emosi, Agar Tetap Berprestasi.

Pahlawan Golf Dari Tembok China

Iman D. Nugroho

The Taman Dayu Club melakukan kegiatan "gila" Minggu (8/2/09) lalu. Bagaimana tidak, colf course terbaik di kawasan Pandaan, Pasuruan ini mengusung "Tembok Besar Cina". Tidak hanya itu, The Taman Dayu Club sekaligus membawa "pahlawan" dari daratan Tiongkok. Mungkin di dunia golf, hanya The Taman Dayu Club-lah golf course yang bisa melakukannya. Semua terjadi dalam acara bertajuk Heroes From the Great Wall.

Sebagaimana temanya, Heroes From the Great Wall laksana mengusung seluruh daratan China ke Pasuruan. Dalam event itu, seluruh awak The Taman Dayu Club pun “wajib” berbusana layaknya tokoh-tokoh dinasti kerajaan China. “Kami seperti sedang berada di China, lucu juga ya kalau setiap hari harus berpakaian seperti ini,” kata J. Johny Budiono, General Manager The Taman Dayu Club pada The Birdie. Johny sendiri saat itu menggunakan pakaian Raja China abad XVI.

Tak hanya Johny, Golf Operation Manager Denie Robin, Golf Course Superintendent Rolan Basa Napitupulu, HRD Manager Diah Gardenia hingga Marketing Communication Melania Octavianti pun berbusana bak putra dan putri bangsawan China. Kehadiran nuansa China pun semakin kental dengan desain panggung dan asesoris di Jack’s Golfer’s Terrace Restaurant dan Jack’s Bar. Tebaran lampion dan pernak-pernik merah dan kuning memperkuat nuansa itu.

Nuansa China itu juga yang membuat 144 golfer yang saat itu berlaga, tampil lebih fresh. Meski angin besar dan hujan datang menerjang, para golfer pun dengan gagah berani menaklukannya. “Angin besar mengganggu banget, namun saat itulah waktu bagi golfer untuk mengerahkan semua kemampuannya, plus feeling tentunya,” kata Sudirman, salah satu golfer. Dalam event itu, Sudirman berhasil meraih Overall Best Gross. Penghargaan tertinggi dalam turnamen ini.

Nuansa oriental semakin kental saat acara penyerahan hadiah digelar. Dibuka dengan peragaan tari Barongsai dan Liang Liong, kemeriahan pun dimulai. Kepiawaian tiga Barongsai dan Liang Liong dari Masyarakat Kong Hu Cu Indonesia (Makin) Boen Bio Surabaya itu seakan tak henti-henti menciptakan applause. Apalagi, saat Barongsai menunjukkan kebolehannya dengan menari di kayu bersusun tiga. Usai Barongsai dan Liang Liong, sajian bernuansa oriental seperti dance dan lagu-lagu cina tersaji dengan apik. Para golfer yang ingin memberikan angpao pun tidak menyia-nyiakan event itu. Gong xi fat chai!

-----------------------

The Golf heroes from China

The Taman Dayu Club conducted "mad" activities on Sunday (8/2/09) ago. How not, best Golf courses in the Pandaan area, Pasuruan carry on this "the Great Wall China." Not only that, The Taman Dayu Club brought "heroes" from mainland China at the same time. Perhaps in the golf world, The Taman Dayu Club is the only golf course that can do so. All occur in the event titled Heroes from the Great Wall.

As the theme, Heroes from the Great Wall is like carry on the entire mainland China to Pasuruan. In that event, the entire crew of The Taman Dayu Club was "obliged" dressed in as figures kingdom China dynasty. "We are like in China, it is also funny if every day should be dressed like this," said J. Johny Budiono, General Manager of The Taman Dayu Club on The Birdie. Johny was dressed in as the King of China's XVI century at the time.

Not only Johny, Golf Operations Manager Denie Robin, Golf Course Superintendent Rolan Basa Napitupulu, HRD Manager Diah Gardenia to Marketing Communication Melania Octavianti also dressed in as a China noble son and daughter. The presence of China nuance is also more viscous with the stage design and accessories in the Jack's Golfer's Terrace Restaurant and Jack's Bar. The Lampion Spread and trinkets red and yellow strengthen the nuance.

Nuance of china also made 144 Golfer whose fight in, appeared fresh. Although the big wind and rain came, the Golfer conquered bravely. "The great wind is disturbed, but it is time for the Golfer to mobilize all abilities, plus of course feeling," said Sudirman, one of Golfer. In that event, Sudirman reach Overall Best Gross successfully. The highest award in this tournament.

Oriental Nuance is more viscous when the handover prize ceremony held. Opened with the Barongsai dance and Liang Liong, the shindig started. The three skills Barongsai and Liang liong from Masyarakat Kong Hu Cu Indonesia (Makin) Boen Bio Surabaya is seemingly not stopping create applause. Moreover, when Barongsai shows ability with dancing in the three woods composite. After Barongsai and Liang Liong, Oriental nuanced dish, such as dance and songs served with slick. The Golfer who wants to give angpao is not dissipating the event. Gong xi fat chai!